Ingat, Aku Seekor Burung
M Rizky Pahlevi
03:19
Eka, dia dikenal sebagai Eka. Baik di lingkungan keluarga, ataupun lingkungan teman temannya. Eka bertemperamen tinggi, namun tidak sejak berada di Sekolah Menengah Atas. Malam itu, Eka melangkah gontai sendirian. Ia menyusuri jalan tengah kota yang telah gelap, sebab malam telah turun. Sepi, tak ada siapa pun lewat. Tapi Eka tak perduli.
Di sebuah kursi panjang, ia duduk tengadah ke langit. Eka melihat dirinya terbang melayang layang:
Aku terbang bebas lepas, karena aku seekor burung
Aku bisa terbang kemana aku mau
Aku bisa seperti yang aku mau
Aku ingin yang lain tahu siapa diriku
Seperti apa diriku
Bagaimana cara hidupku
Meyakinkan mereka akan cara hidupku
Cara fikirku
Seperti apa aku berbuat baik
Mengapa aku melakukan kejahatan
Tapi mereka tak pernah tanya
Mereka tak pernah mencari tahu
Mereka tak pernah mengerti
Mereka tampak tinggi dengan kepalanya
Aku hanya burung yang suka terbang
Tapi ingin ku tunjukkan aku
Burung lain menghardikku
Karena cara hidupku
Karena cara berfikirku
Karena argumenku
Karena aku berani mendebat mereka
Mendebat siapa pun
Mendebat burung yang tak searah terbang
Aku terus mempertahankan
Yang kuyakini
Jalanku, arahku, caraku
Burung-burung mengamuk
Mereka muntab
Mereka naik pitam
Mereka mengeluarkan cakarnya
Mereka ingin membunuhku
Aku terbang cepat dan tinggi
Mereka mengejar ku
Mereka melempariku dengan batu
Mereka menghantamku
Mereka patahkan sayapku
Aku tak akan menyerah
Aku tetap pada jalanku
Aku terus terbang
Terbang terus sebisaku
Melepaskan diri dari mereka
Sampai aku tersungkur
Lalu mati
Mati kemudian
Yang mati hanya ragaku saja
Setelahnya aku akan terbang lagi
Terbang dengan sayap terbaikku
Terbang dengan arahku
Caraku, jalanku
Maka aku bebas
Dan pasti mereka akan mengerti
Waktu yang akan mengubah mereka
Mengubah cara pandang mereka
Ingat, aku seekor burung
Eka tersadar dari lamunan. Tak tahu sudah berapa lama ia disana. Kini ia cepat-cepat beranjak pulang tapi ia kesepian sekali. Eka mengeluarkan telepon genggam dan memutar lagu.
Di sebuah kursi panjang, ia duduk tengadah ke langit. Eka melihat dirinya terbang melayang layang:
Aku terbang bebas lepas, karena aku seekor burung
Aku bisa terbang kemana aku mau
Aku bisa seperti yang aku mau
Aku ingin yang lain tahu siapa diriku
Seperti apa diriku
Bagaimana cara hidupku
Meyakinkan mereka akan cara hidupku
Cara fikirku
Seperti apa aku berbuat baik
Mengapa aku melakukan kejahatan
Tapi mereka tak pernah tanya
Mereka tak pernah mencari tahu
Mereka tak pernah mengerti
Mereka tampak tinggi dengan kepalanya
Aku hanya burung yang suka terbang
Tapi ingin ku tunjukkan aku
Burung lain menghardikku
Karena cara hidupku
Karena cara berfikirku
Karena argumenku
Karena aku berani mendebat mereka
Mendebat siapa pun
Mendebat burung yang tak searah terbang
Aku terus mempertahankan
Yang kuyakini
Jalanku, arahku, caraku
Burung-burung mengamuk
Mereka muntab
Mereka naik pitam
Mereka mengeluarkan cakarnya
Mereka ingin membunuhku
Aku terbang cepat dan tinggi
Mereka mengejar ku
Mereka melempariku dengan batu
Mereka menghantamku
Mereka patahkan sayapku
Aku tak akan menyerah
Aku tetap pada jalanku
Aku terus terbang
Terbang terus sebisaku
Melepaskan diri dari mereka
Sampai aku tersungkur
Lalu mati
Mati kemudian
Yang mati hanya ragaku saja
Setelahnya aku akan terbang lagi
Terbang dengan sayap terbaikku
Terbang dengan arahku
Caraku, jalanku
Maka aku bebas
Dan pasti mereka akan mengerti
Waktu yang akan mengubah mereka
Mengubah cara pandang mereka
Ingat, aku seekor burung
Eka tersadar dari lamunan. Tak tahu sudah berapa lama ia disana. Kini ia cepat-cepat beranjak pulang tapi ia kesepian sekali. Eka mengeluarkan telepon genggam dan memutar lagu.
Sesudah gelap terbit
Matahari terang
Margasatwa pun bernyanyi...
Disela sela ranting
Tiada berdaun
Didera angin lalu
Yang tak berujung
Dalam Genangan cita
Senyum yang ku damba
Terpatri dalam seribu warna...
Sudah terwujud mimpi
Mengenang diri
Penerang hari ini
Hari yang sunyi
Bersemi kembali...
Dalam cita putih
Senyum haus dalam mimpi